Kamis, 11 Desember 2014

Nabi ke Makam ayahnya Abdullah

Pada usia 6 tahun Rasulullah saw diajak oleh ibunda Siti Aminah untuk menziarahi makam ayahnya, Ayahnya meninggal pada saat Beliau masih di dalam kandungan. Siti Aminah dan Muhammd saw serta di temani budak warisan dari ayahnya yang bernama Ummu Aiman. Setelah meminta izin ke kakek tercintanya Abdul Mutholib maka mereka bertiga berangkat ke Madinah dan sampai di Madinah Muhammad adalah seorang anak yang supel, sopan, dan pandai bergaul dengan teman teman –yang notabenenya adalah teman—barunya.

Pada suatu hari, saat beliau bermain ke suatu tempat ada seorang yang Yahudi yang mengetahui ada stempel kenabian di dalam kepribadiannya, sehingga menyebar berita tentang kedatangan Muhammad saw. Berita demi berita berkembang dan berita itu terdengan oleh Ummu Aiman, segera Ummu Aiman melaporkannya ke Siti Aminah. Karena Siti Aminah khawatir apabila terjadi hal hal yang tidak di inginkan maka Muhammad diajak untuk kembali ke Mekkah, demi sang buah hati yang sebenarnya adalah calon pemimpin ummat dan jadi teladan seluruh ummat di dunia ini.

Ditengah perjalanan ayah bunda tercinta yaitu Siti Aminah sakit dan meninggal dunia, kemudian di makamkan di Abwa’. Kemudian Muhammad melanjutkan perjalanan menuju Mekah dengan ditemani dan Ummu Aiman. Sesampainya di Mekah, Muhammd saw diserahkan ke kakeknya Abdul Mutholib dan kini status Muhammad menjadi yatim-piatu yang diasuh oleh kakeknya seorang tokoh Quraisy terkemuka pada masa itu.

Abdul Mutholib mempunyai 12 anak, akan tetapi yang masih hidup pada saat kelahiran Muhammad hanya ada empat yaitu Hamzah, Abbas, Abu Lahab dan Abu Tholib. Hamzah dan Abbas mengimani kerasulan Muhammad saw pada saat mendapat wahyu di gua hiro, sedangkan Abu Tholib dan Abu Lahab, menurut sejarawan keduanya belum beriman dengan kerasulan Muhammd saw sampai akhir hayatnya, meskipun Abu Thalib mendukung dengan gerakan dakwah yang dibangun oleh Rasulullah saw. Berbeda dengan pamannya yang bernama Abu Lahab yang menentang keras terhadap dakwah Rasulullah hingga Allah mengabadikan namanya di dalam al Qur'an yaitu surat al Lahab.

Sepeninggal Abdul mutholib Muhammad ikut pamannya yaitu Abu tholib hingga Abu Tholib meninggal dunia dan berbondong bondong orang orang mekah mulai masuk Islam…(p.wi)
Baca Juga Tafsir 4-7 di sini  << Teksnya di bawah ini : Tafsir yasin 4 - 7


TAfsir Yasin 4-7

Ayat ke -4
عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ.

“yang berada) di atas jalan yang lurus”

Yang dimakasud dengan “shirath” adalah jalan lebar yang lurus menuju satu muara, karena itu jalan tersebut sudah pasti benar, berbeda dengan kata “sabil” yang artinya jalan juga. Kata sabil biasanya digunakan al Qur'an untuk menunjukkan jalan secara umum, yaitu bisa jadi jalan tersebut menuju kebenaran dan mungkin juga jalan tersebut menuju ke arah yang salah.
Jika dikaitakan dengan ayat sebelumnya, maka Al Qur'an adalah sebuah petunjuk jalan yang sudah pasti benar, membimbing ummat manusia ke arah kebaikan, karena al Qur'an menggunakan kata shirath dan bukan menggunakan kata sabil

Ayat-5
تَنْزِيلَ الْعَزِيزِ الرَّحِيمِ
“(sebagai wahyu) yang diturunkan oleh Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang”
Penegasan bahwa, al Qur'an diturunkan oleh Allah yang maha perkasa, artinya ketentuan Allah seperti yang disampaikan oleh Allah melalui Nabi Muhammad saw pasti berlaku, tidak bisa dihalangi oleh siapapun

Ayat-6
لِتُنْذِرَ قَوْمًا مَا أُنْذِرَ ءَابَاؤُهُمْ فَهُمْ غَافِلُونَ.
“agar kamu memberi peringatan kepada kaum yang bapak-bapak mereka belum pernah diberi peringatan, karena itu mereka lalai”.

Tugas utama Rasul adalah memberi peringatan kepada ummat manusia, diantara ummat Nabi saw ada yang beriman dan ada yang tidak beriman. Yang tidak beriman dinamakan kafir. Apa yang disampaikan Muhammad saw mereka anggap hanya bualan belaka, padahal yang sebenarnya adalah dalam hati kecil mereka mengakui akan kebenaran yang disampaikan oleh Rasulullah saw. Ketidak-percayaan atas kerasulan Muhammad adalah lebih didasarkan kepada kesombongan orang orang kafir pada waktu itu.

Ayat-7
لَقَدْ حَقَّ الْقَوْلُ عَلَى أَكْثَرِهِمْ فَهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ
Sesungguhnya telah pasti berlaku perkataan (ketentuan Allah) terhadap kebanyakan mereka, karena mereka tidak beriman.

Perkataan yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah perkataan yang pasti benar, yakni kalam perkataan (kalam) Allah yang tertuang di dalam al Qur'an. Kebenaran al Qur'an tidak dapat diragukan lagi. Meski demikian kebanyakan orang quraisy di zaman itu tidak mempercayainya. Bahkan, bangsa Arab dari kaum Yahudi ada semacam upaya memerangi Muhammad semenjak beliau belum di angkat menjadi Rasul oleh Allah. Untuk membaca Kisah, Rasulullah pada saat ke Madinah untuk berziarah ke makan Ayahanya silahkan klik di Kisah Ziarah Muhammad ke Makam Ayahnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar